Kadang saya lucu melihat tanggapan reaktif seseorang terhadap suatu masalah, terutama ketika seseorang itu ada rasa "tidak suka".
Kita melihat contoh kasus yang baru saja terjadi terhadap pelarangan angkutan umum berbasis online spt gojek, grabbike dan sejenisnya oleh Menhub Jonan.
Mereka yang dalam hatinya ada rasa "tidak suka" terhadap pemerintahan sekarang langsung menyambar berita itu dengan semangat perjuangan. "Tuh, menteri tidak berpihak kepada usaha rakyat !" Dan api sepercik itu menyambar lahan2 yg kering jiwanya, menimbulkan kebakaran dimana2.
Dan ketika akhirnya Jokowi meng-klarifikasi bahwa Menhub harap memperhatikan kepentingan masyarakat lebih luas dgn lebih baik merubah peraturan daripada mengorbankan rakyat, lahan kering itu terbakar lagi, "Wah itulah terlihat tidak ada koordinasi antara presiden dan menteri. Itu bukti pemerintahan tidak becus.."
Dan ketika Menhub akhirnya mengikuti petunjuk Presidennya dan membolehkan perusahaan2 online itu beroperasi, kembali lahan kering terbakar, "Menteri plin plan. Kebijakannya ga becus. Buat susah aja..." Dan ditambah celotehan lainnya. Masih ditambah sekian ribu likea dan sekian ratus shares.
Berisik sekali. Seperti suara2 bekantan di hutan Kalimantan.
Seandainya mereka senyap sebentar dan berusaha mencoba memahami struktur kerja di dalam sebuah organisasi, pasti mereka akan banyak mendapat pelajaran.
Supaya lebih sederhana, anggap saja pemerintahan ini adalah sebuah perusahaan dimana Presiden adalah seorang CEO dan Menhub adalah Direktur Operasional.
Seorang Direktur Operasional tentu bekerja sesuai standar operasional yang ada, dan dalam negara itu ada dalam undang2 atau peraturan pemerintah. Ketika ada sesuatu yg keluar dari standar, maka ia mengambil keputusan sesuai standar. Ia tidak perlu selalu melapor kepada Presiden dalam setiap langkahnya. Masak Presiden direpotkan masalah2 teknis.
Nah, ketika ternyata dalam keputusan Direktur mengundang reaksi yg berbenturan, maka Presiden pun masuk untuk melihat masalahnya. Presiden tidak terpaku pada satu divisi saja tetapi multi divisi. Dengan melihat kepentingan strategis, maka Presiden mengeluarkan kebijakan.
Itu hal yang wajar di dalam sebuah organisasi, apalagi perusahaan, apalagi sebesar pemerintahan. Itu namanya "dinamika". Dan dinamika itu sehat, yang memperlihatkan bahwa ada kerja di dalam organisasi.
Tetapi di pandangan orang yg tidak suka, dinamika dipandang sebagai sebuah masalah. Dan semakin besar rasa tidak suka, cara memandang masalah-nya pun semakin besar. Mereka tidak mencoba belajar dari peristiwa tetapi selalu ribut mencari2 kelemahan. Akhirnya, ya itu ribut seperti bekantan di hutan Kalimantan.
Ketika saya menulis ini pun, mereka akan ribut lagi, "halah, memang bang Denny nabi-nya Jokowi, jadi ya gada salahnya dimata dia.." Lucu, kan ? Masak sesuatu yg benar harus saya katakan salah ? Saya bisa2 jadi bekantan juga. Saya kan orang.
Reaktif itu timbul karena emosional. Karena itu berusahalah kita memahami sesuatu dengan pandangan luas dan hati rendah. Orang bilang, "cool.." Ah, mereka pasti artikan cool ini beku kayak di freezer.
Serba susah memang. Lagi ngapain saya nulis ini ya ? Mereka toh tetap gak ngerti juga. Saya kayaknya butuh secangkir kopi biar waras...
Maaf ya, bekantan beneran.. Kalau saya menyinggung perasaan kalian.
dennysiregar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar